Rabu, 19 Agustus 2009

MANAJEMEN DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET1 Chairil Anwar Pusat Penelitian Karet P.O. Box 1415, Medan 2001 PENDAHULUAN Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif. 1 Disampaikan pada pelatihan “Tekno Ekonomi Agribisnis Karet” tanggal 18 Mei 2006, di Jakarta oleh PT. FABA Indonesia Konsultan. 2 Pada makalah ini disajikan, (i) prospek dan peluang pasar komoditi karet alam dilihat dari permintaan dan penawaran karet alam sampai dengan tahun 2035, (ii) manajemen dan teknologi budidaya karet, yang meliputi syarat tumbuh tanaman karet berdasarkan iklim dan dan kesuburan tanah, klon karet rekomendasi dan teknik budidaya karet lainnya dari mulai tanam sampai panen, dan (iii) kebutuhan investasi pengusahaan kebun karet dalam bentuk analisis kelayakan finansial. PROSPEK DAN PELUANG PASAR Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan. Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif stagnan. Menurut perkiraan International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade ke depan. Hal ini menjadi kekuatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone, Goodyear dan Michellin. Sehingga pada tahun 2004, IRSG membentuk Task Force Rubber Eco Project (REP) untuk melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet sampai dengan tahun 2035. 3 Hasil studi REP meyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam. Produksi karet alam pada tahun 2005 diperkirakan 8.5 juta ton. Dari studi ini diproyeksikan pertumbuhan produksi Indonesia akan mencapai 3% per tahun, sedangkan Thailand hanya 1% dan Malaysia -2%. Pertumbuhan produksi untuk Indonesia dapat dicapai melalui peremajaan atau penaman baru karet yang cukup besar, dengan perkiraan produksi pada tahun 2020 sebesar 3.5 juta ton dan tahun 2035 sebesar 5.1 juta ton. Sejak pertengahan tahun 2002 harga karet mendekati harga US$ 1.00/kg, dan sampai sekarang ini telah mencapai US$ 1.90kg untuk harga SIR 20 di SICOM Singapura. Diperkirakan harga akan mencapai US$ 2.00 pada tahun 2007 dan pada jangka panjang sampai 2020 akan tetap stabil, dikarenakan permintaan yang terus meningkat terutama dari China, India, Brazil dan negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia-Pasifik. TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: • Syarat tumbuh tanaman karet • Klon-klon karet rekomendasi • Bahan tanam/bibit • Persiapan tanam dan penanaman • Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma, pemupukan dan pengendalian penyakit • Penyadapan/panen 41. Syarat Tumbuh Tanaman Karet Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya. a. Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Tinggi tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C. Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet b. Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat 5 tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut <> pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain : - Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas - Aerase dan drainase cukup - Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air - Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir - Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm - Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro - Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5 - Kemiringan tanah < crops =" LCC)">15 tahun belum menutup mulai menutup sudah menutup sudah menutup sudah menutup 3-4 kali 2-3 kali 2-3 kali 2 kali 2 kali Maret, Juni, September, Desember*) Maret, September, Juni*) Maret, September, Juni*) Maret, September Maret, September 1.5 – 2.0 m 1.5 – 2.0 m 2.0 – 3.0 m 2.0 – 3.0 m 2.0 – 3.0 m 16Program pemupukan Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 2. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan Umur Tanaman Urea (g/ph/th) SP 36 (g/ph/th) KCl (g/ph/th) Frekuensi pemupukan Pupuk dasar - 125 - - 1 2 3 4 5 250 250 250 300 300 150 250 250 250 250 100 200 200 250 250 2 kali/th 2 kali/th 2 kali/th 2 kali/th 2 kali/th Tabel 3. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Menghasilkan Umur Tanaman Urea (g/ph/th) SP 36 (g/ph/th) KCl (g/ph/th) Frekuensi pemupukan 6 – 15 16 – 25 > 25 sampai 2 tahun sebelum peremajaan 350 300 200 260 190 - 300 250 150 2 kali/th 2 kali/th 2 kali/th 17Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik. Pemberantasan Penyakit Tanaman Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan adalah : Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus (Rigi-doporus lignosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul-tunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman 18yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir. Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah : Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP. Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC. Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+ Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast) Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Adanya kekeringan alur sadap mula-mula ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu-dian dalam beberapa minggu saja kese-luruhan alur sadap ini kering tidak me-ngeluarkan lateks. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya. Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan: Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai 10% pada seluruh areal, 19maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon lainnya tidak mengalami kering alur sadap. Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerek (Gambar 4.10). Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4). Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit. 6. Penyadapan/Panen Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen. Tinggi bukaan sadap Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah. 20Waktu bukaan sadap. Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba. Kemiringan irisan sadap Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar. Peralihan tanaman dari TMB ke TM Secara teoritis, apabila didukung dengan kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik, tanaman karet telah memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5 - 6 tahun. Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur 6 tahun tanaman karet dapat dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau TM. Sistem sadap Dewasa ini sistem sadap telah berkembang dengan mengkombinasikan intensitas sadap rendah disertai stimulasi Ethrel selama siklus penyadap. Untuk karet rakyat, mengingat kondisi sosial ekonomi petani, maka dianjurkan menggunakan sistem sadap konvensional seperti pada tabel berikut : 21Tabel 4. Bagan Penyadapan Tanaman Karet Tanaman Umur Sistem Sadap Jangka Waktu (tahun) Bidang Sadap Remaja 0 - 5 - - - Teruna 6-7 s/2 d/3 67% 2 A 8-10 s/2 d/2 100% 3 A Dewasa 11-15 s/d d/2 100% 4 B 16 - 20 a/2 d/2 100% 4 A' Setengah tua 21 - 28 2 s/2 d/3 133% 8 B' + AH Tua 29 - 30 2 s/2 d/3 133% 4 A" + BH Catatan: Tanaman karet diremajakan pada umur 31 tahun Keterangan : A B A = = = Kulit Murni Bidang A Kulit Murni Bidang B Kulit Pulihan pertama A A " B' AH BH = = = = Kulit Pulihan kedua A Kulit Pulihan pertama B Kulit Murni atas A Kulit Murni atas B Estimasi Produksi Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan dan agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan manajemen sadap, dan lainnya. Dengan asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria yang dengan dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan setempat atau Balai Penelitian Perkebunan yang bersangkutan. 22Karena produksi kebun karet adalah lateks, maka estimasi produksi per hektar per tahun dikonversikan ke dalam satuan getah karet basah seperti pada Tabel berikut : Tabel 5. Proyeksi Produksi Karet Kering dan Estimasi Produksi Lateks Tahun Umur (Th) Sadap Estimasi produksiKKK (ton/ha) Estimasi Produksi Lateks (Liter/ha) 6 1 500 2.000 7 2 1.150 4.600 8 3 1.400 5.600 9 4 1.600 6.400 10 5 1.750 7.000 11 6 1.850 7.400 12 7 2.200 8.800 13 8 2.300 9.200 14 9 2.350 9.400 15 10 2.300 9.200 16 11 2.150 8.600 17 12 2.100 8.400 18 13 2000 8.000 19 14 1.900 7.600 20 15 1.800 7.200 21 16 1.650 6.600 22 17 1.550 6.200 23 18 1.450 5.800 24 19 1.400 5.600 25 20 1.350 5.400 26 21 1.200 4.800 27 22 1000 4.600 28 23 1.150 4.000 29 24 850 3.400 30 25 800 3.200 Catatan : Estimasi produksi didasarkan atas asumsi kadar karet kering (KKK) = 25% KEBUTUHAN BIAYA INVESTASI DAN ANALISIS FINANSIAL Tanaman karet memerlukan waktu 5-6 tahun untuk dapat disadap, oleh karena itu pembangunan perkebunan karet memerlukan investasi jangka panjang dengan masa tenggang 5-6 tahun. Biaya investasi dan pemeliharaan TBM dan TM dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: 23Tabel 6. Biaya Investasi Karet dan Pemeliharaan TBM dan TM (1 ha) URAIAN BIAYA (Rp/ha) 1. Sertifikasi lahan 400.000 2. Pembukaan lahan dan penanaman (dgn intercrops) 7.449.888 3. Pemeliharaan TBM (th 1-5) 12.664.125 TOTAL BIAYA INVESTASI (TBM) 20.514.013 4. Biaya Pemeliharaan TM: per tahun Umur 6 - 15 tahun 4.347.500 Umur 16 - 25 tahun 3.774.500 Umur 26 - 28 tahun 3.349.000 Umur 29 - 30 tahun 2.305.750 Dengan asumsi tingkat produksi rata-rata 1.576 kg karet kering/ha/tahun, harga FOB SIR 20 : US $ 1,50/kg dan kurs: Rp 10.000/US $ (pada bulan Desember 2005) dan harga di tingkat petani 80% FOB, dilakukan perhitungan kelayakan finansial usaha perkebunan karet diukur dengan tingkat Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan B/C ratio. Bila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang diberlakukan yaitu 18%, maka usaha perkebunan karet layak secara finansial. Bila NPV lebih besar dari nol (positif) maka usaha adalah layak, pada discount rate yang ditentukan yaitu sebesar 18%. Perhitungan nilai IRR dan NPV berdasarkan pada arus kas selama 30 tahun dengan asumsi biaya tetap, namun harga jual menggunakan 3 skenario yaitu: harga naik 20%, harga saat ini dan harga turun 10%, adalah seperti yang tertera di Tabel 6. Tabel 6. Hasil Analisa Kepekaan Pembangunan Kebun Karet (1 ha). Skenario (bunga= 18%) NPV (juta Rp) IRR (%) B/C rasio Harga jual karet naik 20% 26.6 34.5 1.30 Harga jual karet saat ini (Desember 2005) 19.2 31.5 1.17 Harga jual karet turun 10% 11.7 27.4 1.05 24 Skenario ( bunga = 14%) NPV (juta Rp) IRR (%) B/C rasio Harga jual karet naik 20% 47.6 34.5 1.33 Harga jual karet saat ini (Desember 2005) 35.8 31.5 1.20 Harga jual karet turun 10% 24.0 27.4 1.07 Tabel 6 menunjukkan bahwa proyek pada tingkat bunga 18% usaha perkebunan karet masih layak, demikian juga pada saat harga karet turun 20%, nilai NPV masih positif dan IRR lebih dari 18%. Apabila ada skim kredit yang tingkat bunganya lebih rendah (14%), maka tingkat kelayakan usaha akan semakin tinggi. DAFTAR PUSTAKA 1. Balai Penelitian Sembawa, 1996. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat (edisi ke-2). Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa, Palembang. 2. Balai Penelitian Sembawa, 2005. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa, Palembang. 3. Bank Indonesia. 2002. Sistem Informasi Pola Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil (http://www. bi.go.id/sipuk/lm/ind/karet). 4. Suhendry, I. dan A. Daslin. 2002. Kajian Finansial Penggunaan Klon Karet Unggul Generasi IV. Warta Pusat Penelitian Karet, Vol. 21, No. 1- 3, p. 18-29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar